tabe..

tabe Mori..!. selamat Datang....! wellcome....!!! Lejong tite bao Ko?

Rabu, 19 Januari 2011

HUBUNGAN PENGETAHUAN, ILMU, DAN FILSAFAT

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dunia peradaban manusia mengalami metamorfosis. Berkembang dari satu tahap yang kecil ke tahap yang lebih besar berikutnya. Proses metamorphosis tersebut terjadi seiring perjalanan waktu. Peradaban manusia berkembang menuju suatu perkembangan yang semakin maju, yang disebut era modern.
Kemajuan peradaban manusia terjadi dan sangat ditentukan oleh ilmu pengetahuan yang dimiliki. Ilmu, pengetahuan menjadi sumber atau inspirasi awal manusia untuk berubah ke arah yang lebih baik. Kemajuan peradaban manusia tidak hanya dalam bidang teknologi. Akan tetapi terjadi juga dalam aspek kehidupan lain. Hal ini terjadi karena adanya falsafah atau filsafat hidup bagi manusia. Pengetahuan, Ilmu, dan Filsafat menjadi ibu dari segala perubahan yang terjadi. Oleh karena itu, penulis mencoba memahami lebih dalam apa dan bagaimana Pengetahuan, Ilmu, dan Filsafat menjadi suatu inti peradapan kehidupan manusia melalui penulisan makalah ini.
B. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk:
a. Mengetahui lebih dalam apa yang dimaksudkan dengan Pengetahuan, Ilmu, dan Filsafat.
b. Mengetahui Bagaimana relasi antara Pengetahuan, Ilmu, dan Filsafat
c. Memenuhi salah satu tugas mata kuliah Filsafat Ilmu pada Prodi PKN Universitas Kanjuruhan Malang.


BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengetahuan
a. Definisi Pengetehauan
Untuk mendefinisikan pengetahuan tidaklah mudah. Ada tiga pendapat mengenai definisi Pengetahuan:
1. Pengetahuan itu tidak bisa didefinisikan, karena pengetahuan itu bersifat gamblang dan aksiomatik
Pendefinisian bagi perkara-perkara yang gamblang dan aksiomatik adalah hal yang mustahil (yakni akan terjadi daur atau lingkaran setan). Hal ini terjadi, karena pengetahuan merupakan perkara kefitraan dan kejiwaan.
2. Pengetahuan itu bisa didefinisikan, namun sangat sulit
3. Pengetahuan itu mudah didefinisikan
Sesungguhnya definisi hakiki pengetahuan adalah hal yang mustahil, karena pada hakikatnya pengetahuan itu identik dengan eksistensi dan wujud, dan eksistensi – sebagaimana diketahui dalam pembahasan ontologi – secara hakiki adalah mustahil untuk didefinisikan. Apabila pengetahuan itu bisa didefinisikan, maka sebenarnya bukanlah definisi yang hakiki. Dalam hal ini, banyak definisi yang telah dilontarkan berkaitan dengan pengetahuan ini, akan tetapi hanya beberapa yang bisa mencakup segala cabang-cabang pengetahuan dan bersifat komprehensif
Memang, sangat rumit untuk mendefinisikan pengetahuan, seperti asumsi-asumsi di atas. Akan tetapi, penulis mencoba mencari dari berbagai sumber agar bisa menemukan bagaimana definisi pengetahuan tersebut.
Menurut Ensiklopedi Wikipedia (/id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan), pengetahuan adalah informasi atau maklumat yang diketahui seseorang. Dalam pengertian lain, pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal.Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya. Misalnya ketika seseorang mencicipi masakan yang baru dikenalnya, ia akan mendapatkan pengetahuan tentang bentuk, rasa, dan aroma masakan tersebut.
b. Pengetahuan dapat digolong-golongkan menurut cara bagaimana pengehuan tersebut didapatkan.
1. Pengetahuan Empiris/ Aposteriori : pengetahuan yang lebih menekankan pengematan dan pengalaman inderawi. Pengetahuan ini didapatkan dengan melakukan pengamatan dan observasi yang dilakukan secara empiris dan rasional.
2. Pengetahuan Deskriptif: merupakan perkembangan dari pengetahuan empiris. Hal ini terjadi jika, seseorang dapat melukiskan dan menggambarkan segala cirri, sifat, dan gejala yang ada pada objek empiris tersebut.
3. Pengetahuan Rasionalisme: pengetahuan yang didapatkan melalui akal budi. Rsionalisme lebih menekankan pada pengetahuan yang bersifat apriori, tidak menekankan pada pengalaman.
c. Pengetahuan dipengaruhi oleh beberapa factor, yaitu:
1. Pendidikan
“Pendidikan” adalah sebuah proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau kelompok dan juga usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, maka jelas dapat kita kerucutkan sebuah visi pendidikan yaitu mencerdaskan manusia.
2. Media
Media yang secara khusus didesain untuk mencapai masyarakat yang sangat luas. Jadi contoh dari media massa ini adalah televisi, radio, koran, dan majalah
3. Keterpaparan informasi
Pengertian informasi menurut Oxfoord English Dictionary, adalah “that of which one is apprised or told: intelligence, news”. Kamus lain menyatakan bahwa informasi adalah sesuatu yang dapat diketahui. Namun ada pula yang menekankan informasi sebagai transfer pengetahuan. Selain itu istilah informasi juga memiliki arti yang lain sebagaimana diartikan oleh RUU teknologi informasi yang mengartikannya sebagai suatu teknik untuk mengumpulkan, menyiapkan, menyimpan, memanipulasi, mengumumkan, menganalisa, dan menyebarkan informasi dengan tujuan tertentu. Sedangkan informasi sendiri mencakup data, teks, image, suara, kode, program komputer, databases . Adanya perbedaan definisi informasi dikarenakan pada hakekatnya informasi tidak dapat diuraikan (intangible), sedangkan informasi itu dijumpai dalam kehidupan sehari-hari, yang diperoleh dari data dan observasi terhadap dunia sekitar kita serta diteruskan melalui komunikasi
B. Ilmu
a. Definisi Ilmu
Apakah ilmu itu? Moh. Nazir, Ph.D mengemukakan bahwa ilmu tidak lain dari suatu pengetahuan, baik natura atau pun sosial, yang sudah terorganisir serta tersusun secara sistematik menurut kaidah umum. Di lain pihak, Lorens Bagus mengemukakan bahwa ilmu menandakan seluruh kesatuan ide yang mengacu ke obyek (atau alam obyek) yang sama dan saling keterkaitan secara logis (http://members.tripod.com/aljawad/artikelfilsafat_ilmu.htm).
Dari beberapa pengertian ilmu di atas dapat diperoleh gambaran bahwa pada prinsipnya ilmu merupakan suatu usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan pengetahuan atau fakta yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, dan dilanjutkan dengan pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode yang biasa dilakukan dalam penelitian ilmiah (observasi, eksperimen, survai, studi kasus dan lain-lain)
b. Syarat – Syarat Ilmu
Suatu pengetahuan dapat dikatakan sebagai ilmu apabila dapat memenuhi persyaratan-persyaratan, sebagai berikut
1. Adanya obyek yang diteliti, baik yang berhubungan dengan alam (kosmologi) maupun tentang manusia (Biopsikososial).
2. Adanya metode tertentu, yang di dalamnya berisi pendekatan dan teknik tertentu. Metode ini di sebut dengan metode Ilmiah.
3. Adanya pokok permasalahan yang akan dikaji.
c. Karakteristik Ilmu
Ilmu memiliki pula karakteristik atau sifat yang menjadi ciri hakiki ilmu. Randall dan Buchler mengemukakan beberapa ciri umum ilmu, yaitu: (1) hasil ilmu bersifat akumulatif dan merupakan milik bersama, (2) Hasil ilmu kebenarannya tidak mutlak dan bisa terjadi kekeliruan, dan (3) obyektif tidak bergantung pada pemahaman secara pribadi.
Sementara, dari apa yang dikemukakan oleh Lorens Bagus tentang pengertian ilmu dapat didentifikasi bahwa salah satu sifat ilmu adalah koheren yakni tidak kontradiksi dengan kenyataan. Sedangkan berkenaan dengan metode pengembangan ilmu, ilmu memiliki ciri-ciri dan sifat-sifat yang reliable, valid, dan akurat. Artinya, usaha untuk memperoleh dan mengembangkan ilmu dilakukan melalui pengukuran dengan menggunakan alat ukur yang memiliki keterandalan dan keabsahan yang tinggi, serta penarikan kesimpulan yang memiliki akurasi dengan tingkat siginifikansi yang tinggi pula. Bahkan dapat memberikan daya prediksi atas kemungkinan-kemungkinan suatu hal
C. Filsafat
a. Definisi Filsafat
Secara etimoligis kata filsafat berasal dari kata yunani; Philosophia. Kata philosophia sendiri terdiri atas dua kata yaitu “Philia = cinta, persahabatan” dan “Sophia = kebijaksanaan”. Oleh karena itu, secara harafiah filsafat berarti : pecinta kebijaksanaan.
Berdasarkan arti secara etimologis sebagaimana dijelaskan di atas kemudian para ahli berusaha merumuskan definisi filsafat. Ada yang menyatakan bahwa filsafat sebagai suatu usaha untuk berpikir secara radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir dengan mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Aktivitas tersebut diharapkan dapat menhghasilkan suatu kesimpulan universal dari kenyataan partikular atau khusus, dari hal yang tersederhana sampai yang terkompleks.
b. Klasifikasi Filsafat
1. Menurut Bidangnya
• Metafisika mengkaji hakikat segala yang ada. Dalam bidang ini, hakikat yang ada dan keberadaan (eksistensi) secara umum dikaji secara khusus dalam Ontologi. Adapun hakikat manusia dan alam semesta dibahas dalam Kosmologi.
• Epistemologi mengkaji tentang hakikat dan wilayah pengetahuan (episteme secara harafiah berarti “pengetahuan”). Epistemologi membahas berbagai hal tentang pengetahuan seperti batas, sumber, serta kebenaran suatu pengetahuan.
• Aksiologi membahas masalah nilai atau norma yang berlaku pada kehidupan manusia. Dari aksiologi lahirlah dua cabang filsafat yang membahas aspek kualitas hidup manusia: etika dan estetika.
• Etika, atau filsafat moral, membahas tentang bagaimana seharusnya manusia bertindak dan mempertanyakan bagaimana kebenaran dari dasar tindakan itu dapat diketahui. Beberapa topik yang dibahas di sini adalah soal kebaikan, kebenaran, tanggung jawab, suara hati, dan sebagainya.
• Estetika membahas mengenai keindahan dan implikasinya pada kehidupan. Dari estetika lahirlah berbagai macam teori mengenai kesenian atau aspek seni dari berbagai macam hasil budaya.
2. Menurut Objeknya
• Objek Material adalah segala sesuatu yang ada meliputi: ada dalam kenyataan, ada dalam pikiran, ada dalam kemungkinan ( Lasiyo dan Yuwono)
• Objek Formal adalah hakikat dari segala sesuatu yang ada.( Lasiyo dan Yuwono)
3. Berdasarkan Aliran – alirannya:
• Realisme
• Rasionalisme
• Empirisme
• Idealisme
• Materialisme
• Eksistensialisme
c. Karakteristik Filsafat menurut Kattsoff
1) Filsafat adalah berpikir secara kritis.
2) Filsafat adalah berpikir dalam bentuk sistematis.
3) Filsafat mengahasilkan sesuatu yang runtut.
4) Filsafat adalah berpikir secara rasional.
5) Filsafat bersifat komprehensif
D. Hubungan Pengetahuan, Ilmu, dan Filsafat
a. Pengetahuan, Ilmu, dan Filsafat memilikis suatu keterkaitan satu sama lain. Ilmu merupakan kumpulan pengetahuan yang mempunyai ciri-ciri tertentu yang membedakan ilmu dengan pengetahuan-pengetahuan lainnya. Ilmu merupakan pengetahuan yang didapat melalui proses tertentu yang dinamakan metode keilmuan yaitu gabungan antara berpikir secara rasional dan empiris. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak semua pengetahuan merupakan ilmu. Tidak semua pengetahuan dikategorikan ilmu. Sebab, definisi pengetahuan itu sendiri sebagai berikut: Segala sesuatu yang datang sebagai hasil dari aktivitas panca indera untuk mengetahui, yaitu terungkapnya suatu kenyataan ke dalam jiwa sehingga tidak ada keraguan terhadapnya, sedangkan ilmu menghendaki lebih jauh, luas, dan dalam dari pengetahuan.
b. Hubungan antara Filsafat dengan Ilmu Ditinjau dari segi historis. Hubungan antara filsafat dan ilmu pengetahuan mengalami perkembangan yang sangat menyolok. Pada permulaan sejarah filsafat di Yunani, “philosophia” meliputi hampir seluruh pemikiran teoritis. Tetapi dalam perkembangan ilmu pengetahuan di kemudian hari, ternyata juga kita lihat adanya kecenderungan yang lain. Filsafat Yunani Kuno yang tadinya merupakan suatu kesatuan kemudian menjadi terpecah-pecah (Bertens, 1987, Nuchelmans, 1982).
Lebih lanjut Nuchelmans (1982), mengemukakan bahwa dengan munculnya ilmu pengetahuan alam pada abad ke 17, maka mulailah terjadi perpisahan antara filsafat dan ilmu pengetahuan. Dengan demikian dapatlah dikemukakan bahwa sebelum abad ke 17 tersebut ilmu pengetahuan adalah identik dengan filsafat. Pendapat tersebut sejalan dengan pemikiran Van Peursen (1985), yang mengemukakan bahwa dahulu ilmu merupakan bagian dari filsafat, sehingga definisi tentang ilmu bergantung pada sistem filsafat yang dianut.
Dalam perkembangan lebih lanjut menurut Koento Wibisono (1999), filsafat itu sendiri telah mengantarkan adanya suatu konfigurasi dengan menunjukkan bagaimana “pohon ilmu pengetahuan” telah tumbuh mekar-bercabang secara subur. Masing-masing cabang melepaskan diri dari batang filsafatnya, berkembang mandiri dan masing-masing mengikuti metodologinya sendiri-sendiri.
c. Filsafat merupakan disiplin ilmu yang mampu menunjukkan batas-batas dan ruang lingkup pengetahuan manusia secara tepat. Oleh sebab itu Francis Bacon (dalam The Liang Gie, 1999) menyebut filsafat sebagai ibu agung dari ilmu-ilmu (the great mother of the sciences).


BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
• Pengetahuan adalah pelbagai gejala yang ditemui dan diperoleh manusia melalui pengamatan akal.Pengetahuan muncul ketika seseorang menggunakan akal budinya untuk mengenali benda atau kejadian tertentu yang belum pernah dilihat atau dirasakan sebelumnya
• Ilmu merupakan suatu usaha untuk mengorganisasikan dan mensistematisasikan pengetahuan atau fakta yang berasal dari pengalaman dan pengamatan dalam kehidupan sehari-hari, dan dilanjutkan dengan pemikiran secara cermat dan teliti dengan menggunakan berbagai metode yang biasa dilakukan dalam penelitian ilmiah
• Filsafat adalah suatu usaha untuk berpikir secara radikal dan menyeluruh, suatu cara berpikir dengan mengupas sesuatu sedalam-dalamnya. Aktivitas tersebut diharapkan dapat menhghasilkan suatu kesimpulan universal dari kenyataan partikular atau khusus, dari hal yang tersederhana sampai yang terkompleks.


DAFTAR PUSTAKA

http://members.tripod.com/aljawad/artikelfilsafat_ilmu.htm
akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/01/13/hakikat-ilmu
http://media.isnet.org./islam/etc/mantiq.htm.
http://www.anneahira.com/ilmu/index.htm
http://yesalover.wordpress.com/2007/02/19/filsafat-apakah-itu/
http://id.wikipedia.org/wiki/Filsafat
http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_11.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Pengetahuan
http://members.tripod.com/aljawad/artike/filsafat_ilmu.htm.
http://pormadi.wordpress.com/2006/04/27/bagaimanakah-hubungan-filsafat-dengan-ilmu-pengetahuan/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

b