tabe..

tabe Mori..!. selamat Datang....! wellcome....!!! Lejong tite bao Ko?

Sabtu, 05 Juni 2010

PEMBELAJARAN PENGATURAN DIRI

  1. Pendahuluan

Satu hal yang selalu tetap dalam dunia ini adalah perubahan. Perubahan tidak akan pernah berhenti, tidak akan mati seiring berjalannya waktu. Perubahan senantiasa berada dan berlangsung dalam setiap ekspedisi perjalanan kehidupan. Peradaban dan kehidupan selalu merasakan perubahan.

Banyak aspek dalam kehidupan manusia yang senantiasa berubah. Sebagai contoh kecil dapat kita perhatikan bagamana model atau karakter pergaulan anak muda saat ini jika dibandingkan dengan karakter anak muda pada tahun 90-an. Aspek sosial, ekonomi, politik, budaya, agama, dan tentunya juga pendidikan, semuanya mengalami perubahan. Dan, dapat kita asumsikan bahwa semua aspek tersebut hidup dan terintegral dalam perubahan itu sendiri.

Berbagai aspek seperti disebutkan di atas, mengalami perubahan baik secara kosep, ideologi, dan teknis. Akan tetapi, dalam pemaparan makalah ini aspek yang disoroti adalah dunia pendidikan. Dunia pendidikan modern dewasa ini banyak mengalami perubahan-perubahan yang prinsipiil dalam setiap aspek-aspek pembentuknya. Pendidikan yang bermutu mengembangkanpotensi diri setiap anak untuk menjadi individu yang mandiri dan berguna bagi masyarakat. Dalam Undang Undang Dasar 1945 pasal 31 ayat 1 dan Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 5 dinyatakan bahwa setiap warga Negara mempunyai kesempatan yang sama untuk memperoleh kesempatan dalam pendidikan.

Disebutkan di atas bahwa pendidikan bermutu mengembangkan potensi diri, menjadi individu yang mandiri dan berguna bagi masyarakat. Pendidikan dan konsep mengenai potensi diri adalah suatu unitas yang tak tercerai. Ada banyak unsur dan elemen yang menyatukannya, lebih khusus lagi jika kita terfokus pada pendidikan formal (pendidikan di sekolah). Terdapat banyak unsur pendukung unitas/pendidikan (pembelajaran) tersebut di sekolah, salah satunya adalah model-model pembelajaran.

Model-model pembelajaran dikembangkan agar tujuan dari pendidikan itu tercapai pada tahap yang optimal. Ada berbagai macam model pembelajaran yang ada. Salah satunya adalah model pembelajaran pengaturan diri, yang akan dijelaskan selanjutnya dalam makalah ini.

  1. Pembelajaran pengaturan diri/ Self Regulated Learning

    1. Pengertian Pembelajaran Pengaturan Diri

Pembelajaran pengaturan diri disebut juga Teori metakognisi. Metakognisi merupakan pengetahuan seseorang menghargai pengertian yang dibangun sendiri dibawah kontrol dan monitor diri sendiri. Self Regulated Learning merupakan salah satu teori belajar yang konstruktifis yang menganut visi siswa ideal. Seorang siswa harus memiliki kemampuan mengatur dirinya sendiri. Apabila seorang siswa dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang kompleks maka dia akan mengetahui bagaimana memecahkan masalah yang kompleks itu. Mereka tahu langkah awal dan langkah lanjutan yang harus diperbuatnya. Mereka faham kapan dia harus membaca, mendalami permasalahan dan melakukan aksinya. Lebih dari itu self regulated learning termotivasi oleh belajar itu sendiri, tidak hanya karena nilai atau motivator eksternal lainnya.

    1. Teori-teori Pendukung Pembelajaran Pengaturan Diri

  1. Teori Konstruktivisme.
    Teori konstruktivisme lahir dari gagasan Piaget dan Vigotsky, yang menyatakan bahwa siswa harus secara individu menemukan dan mentransfer informasi kompleks sehingga informasi itu menjadi miliknya sendiri (Brooks, 1990; Leinhardt, 1992; Brown et al., 1989 dalam Slavin, 1997). Teori ini memandang siswa secara terus menerus memeriksa informasi baru yang berlawanan dengan aturan lama dan merevisi aturan tersebut jika tidak sesuai lagi. Dalam proses ini siswa memulai dengan masalah/tugas kompleks dan menemukan pengetahuan dan ketrampilan dasar yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah. Teori ini menekankan pada pembelajaran kolaboratif, generatif, inkuiri, pengaturan diri (self regulated learning), adanya scaffolding dan ketrampilan meta kognitif yang lain. Diajarkan pula kemampuan memecahkan masalah dan ketrampilan berfikir. Ketrampilan pemecahan masalah dilakukan antara lain melalui, analisis cara tujuan dan penggambaran masalah, membutuhkan waktu inkubasi, tidak tergesa-gesa dan dalam iklim yang kondusif. Sedangkan ketrampilan berfikir yang dimaksudkan adalah; perencanaan, pengklasifikasian, berfikir divergen, pengidentifikasian asumsi, pengidentifikasian informasi yang menyesatkan dan pengajuan pertanyaan, dapat diajarkan dengan menggunakan Instrumental Enrichment atau menciptakan suatu budaya berpikir di kelas.

  2. Teori Metacognition/Self Regulated Learning
    Flavell (1976) pertama menemukan istilah metacognition. Flavel mendefinisikan metacognition sebagai pengetahuan seseorang menghargai pengertian yang dibangun sendiri dibawah kontrol dan monitor diri sendiri. Pengertian metacognition dengan self regulated learning adalah sama ( Daphne, 1996). Self regulated learning disebut juga pembelajaran dengan pengaturan diri. Self regulated learner adalah seseorang yang memiliki pengetahuan tentang strategi belajar efektif dan bagaimana pengetahuan serta kapan menggunakan pengetahuan itu (Bandura, 1991, Howard-Rose& Winne,1993; Schunk&Zimmerman, 1994,Winne, 19935 dalam Slavin 1997).
    Metacognition/Self Regulated Learning merupakan salah satu teori belajar yang konstruktifis yang menganut visi siswa ideal. Seorang siswa harus memiliki kemampuan mengatur dirinya sendiri. Apabila seorang siswa dihadapkan pada permasalahan-permasalahan yang kompleks maka dia akan mengetahui bagaimana memecahkan masalah yang kompleks itu. Mereka tahu langkah awal dan langkah lanjutan yang harus diperbuatnya. Mereka faham kapan dia harus membaca, mendalami permasalahan dan melakukan aksinya. Lebih dari itu self regulated learning termotivasi oleh belajar itu sendiri, tidak hanya karena nilai atau motivator eksternal lainnya.
    Apabila siswa telah memiliki self regulated learning dan motivasi internal, maka mereka akan memiliki kemampuan untuk tetap menekuni tugas jangka panjang sampai dengan tugas itu selesai. Mereka akan puas, dan kemungkinan sekali mereka dapat menjadi pelajar yang efektif.

  3. Teoris Flexible Learning
    Teori flexible learning berkembang sebagai tanggapan atas teori belajar dan pembelajaran yang membatasi gerak interaksi sosial si belajar. Teori ini berpendapat bahwa si belajar harus diberi kesempatan untuk memilih dan melakukan kegiatan pembelajarannya, dan guru hanya berperan sebagai fasilitator (Collis dan Moonen, 2001). Dalam perkembangannya teori ini banyak dikembangkan pada pembelajaran online berbasis internet, sehingga Diane Newton, dkk (2006) berpendapat bahwa flexible learning adalah merupakan pengorganisasian lingkungan belajar online yang fleksibel yang merupakan penggabungan antara computer based learning dengan distance learning. Jannete R Hill (2006) menegaskan bahwa lingkungan belajar yang fleksibel adalah merupakan area yang disediakan yang berfokus pada pilihan si belajar dalam melakukan kegiatan belajar dan bagaimana cara si belajar melaksanakan kegiatan belajar. Flexible learning merupakan suatu proses pemberian keleluasaan untuk bergerak dari situasi belajar yang satu ke situasi belajar yang lain sehingga terjadi proses belajar yang efektif.

    1. Aspek-aspek pembelajaran Pengaturan Diri

      1. Konsep Diri

Sebelum dijelaskan mengenai apa dan bagaimana Pembelajaran Pengaturan Diri, sangat urgen untuk dipahami mengenai konsep diri sebab konsep diri sangat erat kaitannya dengan Pengaturan Diri dan Pembelajaran Pengaturan Diri. Lebih dari empat puluh lima tahun yang lalu, Abraham Maslow (1962) dan Carl Rogers (1961) mengembangkan rumusan tentang pertumbuhan personal dan fungsinya untuk membimbing proses dan memahami dan menghadapi perbedaan-perbedaan individu sebagai respons terhadap lingkungan sosial dan fisik. Teori mereka terfokus pada pendangan mengenai diri (views of self) atau konsep diri (self concept). Mereka berpendirian bahwa kompetensi setiap individu untuk berhubungan dengan lingkungan sangat dipengaruhi oleh sikap dan penilaian terhadap diri sendiri

  1. Pengertian Konsep Diri

Konsep diri adalah gambaran yang dimiliki seseorang tentang dirinya (Hurlock,1993). Menurut Brook (Rahmat, 1985) mengatakan bahwa konsep diri merupakan persepsi mengenai diri sendiri, baik yang bersifat fisil, sosial maupun psikologis, yang diperoleh melalui pengalaman individu dalam interaksinya dengan orang lain. Dari kedua definisi tersebut dapat dikatakan bahwa konsep diri merupakan gambaran seseorang tentang diri sendiri baik yang bersifat fisik, sosial, maupun psikologis, yang diperolehnya melalui interaksi dengan orang lain.

  1. Dimensi Konsep Diri

Menurut Caulhoun (1990) konsep diri memiliki tiga dimensi, yaitu: pengetahuan tentang diri sendiri, harapan terhadap diri sendiri, evaluasi diri.

b.1 Pengetahuan Tentang Diri Sendiri

Biasanya, hal ini menyangkut hal-hal yang bersifat dasar seperti; usia, jenis kelamin, kebangsaan,latar belakang etnis, profesi, dan sebagainya. Faktor dasar ini menentukan sesorang dalam kelompok sosial tertentu. Selain itu, setiap orang juga akan mengidentifikasikan dengan kelompok sosial lain yang dapat menambah julukan dirinya dan memberikan sejumlah informasi lain yang dapat menambah julukan dirinya dan memberikan sejumlah informasi lain yang akan masuk dalam potret mental orang tersebut. Melalui perbandingan dengan orang lain ini, seseorang memberikan penilaian kualitas dirinya. Seperti orang yang pandai atau yang bodoh, baik hati atau egois, spontan atau hati-hati. Kualitas diri ini tidak permanen.

b.2 Harapan Terhadap Diri Sendiri

Ketika seseorang berpikir tentang siapakah dirinya, pada saat yang sama ia akan berpikir akan menjadi apa dirinya di masa yang datang. Prinsipnya, setiap orang memiliki harapan terhadap dirinya sendiri.

b.3 Evaluasi Diri Sendiri

Setiap hari, setiap orang berkedudukan sebagai penilai dirinya sendiri, mengukur apakah ia bertentangan dengan (1) “saya dapat menjadi aoa” yaitu; pengharapan seseorang terhadap dirinya dan (2) “saya seharusnya menjadi apa “tentang siapakah dirinya, yaitu standard seseorang bagi dirinya sendiri. Evaluasi terhadap diri sendiri ini disebut juga (self esteem), yang mana akan menentukan seberapa jauh seseorang akan menyukai dirinya. Semakin jauh perbedaan antara gambaran tentang siapa dirinya dengan gambaran seseorang tentang seharusnya ia menjadi maka akan menyebabkan harga diri yang rendah. Sebaliknya, bila seseorang berada dalam standard dan harapan yang ditentukan bagi dirinya sendiri, yang akan menyukai siapa dirinya, apa yang akan dikerjakan dan tujuannya maka ia akan memiliki harga diri yang tinggi.

  1. Perkembangan Konsep Diri

Hurlock (1993) mengatakan bahwa perkembangan konsep diri sifatnya hirarkis, yang paling dasar terbentuk adalah konsep diri primer. Konsep premer ini didasarkan pada pengalaman anak di rumah dan dibentuk dari berbagai konsep terpisah yang masing-masing merupakan hasil darim pengalamannya dengan anggota keluarga yang lain. Konsep primer mencakup citra fisik dan psikologis diri yang berkembang lebih awal, terbentuk didasarkan atas hubungan anak dengan saudara kandungnya dan perbandingan dirinya dengan saudara kandung.

Dengan meningkatnya pergaulan dengan orang di luar rumah (bukan keluarga) anak memperoleh konsep yang lain tentang diri mereka. Hal ini membentuk konsep diri sekunder. Konsep ini berhugungan dengan bagaimana anak melihat dirinya melalui kacamata orang lain.

      1. Metakognitif

Metakognitif berhubungan dengan konstruktivisme dalam hal bahwa banyak pembelajar yang efektif semakin sadar bagaimana mereka belajar. Mereka mengembangkan perangkat dan mengamati kemajuan dengan kata lain mereka mengembangkan control eksekutif pada strategi-strategi belajar dari pada secara pasif merespons lingkungan pembelajaran. Hal ini akan tampak salah satunya ketika siswa berusaha memahami buku bacaan. Sayangnya beberapa siswa justru mendekati buku-buku tersebut secara pasif. Mereka hanya bekerja melalui materi tersebut dan membiarkan berjalan sebagaimana biasa tanpa mau mengonstruksi pengetahuan mereka sendiri secara aktif. Namun demikian ada pula siswa yang dengan sadar berusaha bersikap kritis pada materi yang dibacanya,, meningkatkan pemahaman dengan mengolah informasi dan membuat konsep pada bacaan mereka.

Perkins (1984) mengatakan;” berbicara tentang keterampilan berpikir dalam semua bidang kurikulum, siswa dilatih untuk memperoleh dan menyimpan pengetahuan, memahaminya dengan pengembangan konsep, kemudia menerapkanya agar nanti mereka bisa menjadi seorang pemikir generatif (produktif). Saat guru bereksplorasi mencari model-model pengajaran terbaik, guru harus benar-benar memperhatikan pola pembelajaran yang menggarisbawahi masing-masing model pembelajaran tersebut. Untuk membantu siswa mengembangkan control metakonitif atas masing-masing model dan juga yang terpenting mencoba membantu mereka dalam belajar mengonstruksi pengetahuan tentang apa yang telah mereka pelajari.

      1. Pembelajaran Pengaturan Diri : Sebuah Definisi

Pembelajaran pengaturan diri adalah lawan yang tepat dari apa yang terjadi dalam sekolah industri yang didesain untuk mereplikasi pabrik. Dalam sekolah industri, pekerjaan pelajar adalah mematuhi hukum yang direncanakan untuk mendisiplinkan dan mengontrol: jangan berbicara tidak pada tempatnya, berjalan sesuai jalur, meminta permisi/izin untuk pergi ke toilet, tidak bekerja dengan seorang teman, mengisi kekosongan, menjawab pertanyaan. Seperti sebuah lingkungan yang mengontrol pengabaian keunikan setiap pelajar. Pelajar-pelajar mempelajari langkah yang berbeda, tidak satu, dan belajar dalam cara yang berbeda, tidak satu. Mereka memiliki ketertarikan yang berbeda dan talenta yang berbeda. Karena manusia adalah unik, kelihatan aneh bahwa sekolah-sekolah mengharapkan orang-orang muda untuk belajar dengan kemudahan yang sama dari buku pelajaran yang sama atau dari satu metode instruksional. Pembelajaran pengaturan diri membebaskan orang muda untuk menggunakan gaya belajar mereka sendiri, memulai pada langkah mereka sendiri, memeriksa ketertarikan personal, dan mengembangkan talenta mereka menggunakan kecerdasan ganda yang mereka sukai.

Definisi CTL dari Pembelajaran pengaturan diri melekat dengan dekat pada makna yang tegas dari ungkapan “pengaturan diri”. “Seperti pebelajar adalah mengatur “sendiri” – memerintah sendiri. Mereka membuat keputusan sendiri dan menerima tanggungjawab untuk mereka. Pembelajaran mereka juga “pengaturan”- yaitu, penyesuaian, melakukan dalam hubungan untuk, sesuatu yang lain. Mereka mengatur, mereka menyesuaikan, aktivitas mereka dalam hubungan untuk maksud yang signifikan. Apakah menciptakan dan mempertunjukkan musik, memperbaiki sebuah jembatan, mengusulkan sebuah penyelesaian untuk masalah kehadiran sekolah mereka, atau mendesain dan membangun sebuah model roket, pebelajar mengatur diri secara aktif melihat dan mengaplikasikan informasi untuk mencapai hasil yang bermanfaat. Definisi CTL dibawah ini dari Pembelajaran pengaturan diri merefleksikan dan memperluas ide-ide esensial ini :

Pembelajaran pengaturan diri adalah proses pembelajaran yang mengikat pelajar-pelajar dalam aktivitas bebas yang kadang-kadang melibatkan satu orang, biasanya satu kelompok. Aktivitas bebas ini didesain untuk menghubungkan pengetahuan akademik dengan keadaan kkehidupan sehari-hari pelajar dalam cara-cara untuk mencapai sebuah tujuan yang bermakna. Tujuan ini dapat memberikan sebuah hasil yang nyata atau tidak nyata.

2.3.3 Pengetahuan Dan Keahlian Dasar Untuk Pembelajaran Pengaturan Diri

Proses Pembelajaran pengaturan diri dapat diuji paling banyak kegunaannya dari dua perbedaan tetapi secara khusus menghubungkan pandangan. Pertama, Pembelajaran pengaturan diri mengharuskan pelajar-pelajar memiliki beberapa pengetahuan khusus dan keahlian. Mereka perlu untuk mengetahui dan mampu untuk melakukan sesuatu yang pasti - mengambil tindakan, mengajukan pertanyaan, membuat pilihan yang bebas, berpikir kreatif dan kritis, memiliki kesadaran diri, dan kolaborasi. Kedua, Pembelajaran pengaturan diri mengharuskan orang muda melakukan sesuatu- menggunakan pengetahuan dan keahlian- dalam susunan yang jelas, satu langkah logika (bisa diterima akal) yang menggantikan yang lain. Pengetahuan dan keahlian mengharuskan memberhasilkan pelajar-pelajar dalam pengaturan diri yang didiskusikan dalam bab ini. Langkah – langkah kemampuan ini memperlengkapi pelajar-pelajar untuk mengambil, memproses, diteliti dalam bab yang akan datang.

  1. Mengambil tindakan

Benar bahwa kita manusia adalah pandai dari segi tindakan intelektual belaka. Membaca sebuah artikel koran yang meyakinkan, misalnya, dapat menyebabkan kita menunjukkan tindakan mental mengakhiri dukungan kita untuk seorang kandidat politik. karena kita bukanlah kepala yang mengeluarkan semua isi perut, bagaimanapun, ketika kita aktif berpartisipasi dalam pembelajaran, keterlibatan langsung kita membantu kita untuk mengerti dan peduli tentang informasi baru. Banyak dari kita mengingat lebih baik sesuatu yang kita pelajari karena dari tindakan bebas yang diambil untuk hal itu. Kita ingat, misalnya, perhitungan matematika kita kuasai karena kita perlu untuk memotong panjang pipa untuk membentuk segitiga khusus. Ketika pelajar-pelajar sains mengevaluasi kata-kata atau tingkah laku yang bijaksana dari rencana utama untuk menambahkan fluorid pada penyediaan air di kota, mereka mempelajari dan mempertahankan ilmu yang mereka pelajari. Pembelajaran aktif, juga disebut pembelajaran “hands-on” (dengan kata lain aktif bergerak menggunakan tangan dalam berkreasi) adalah pembelajaran yang melekat. Aktif melihat dan mengumpulkan informasi dari tempat kerja, komunitas, atau ruangan kelas dan kemudian menggunakannya untuk alasan signifikan mengukirnya dalam memori (Souders & Prescott, 1999).

Alasan bahwa banyak orang mudah mengingat informasi yang mereka peroleh ketika mereka aktif secara fisik- contohnya, ketika mereka mahir mencari nomor telpon, memutar nomor telpon, berbicara padanya (perempuan), bertemu dengannya (perempuan), mengambil catatan dari percakapan, dan menggambar grafik penemuan - adalah sensasi fisik yang mempengaruhi struktur otak. Pelajar-pelajar yang berkumpul, bersentuhan, membentuk dan mengumpulkan pengetahuan memiliki otak yang penangkapannya berbeda dari otak pelajar-pelajar yang hanya menonton, mendengar, dan menyerap informasi, apakah dari TV, bioskop, perangkat lunak komputer, atau ceramah yang tidak menarik. Makanan otak adalah dunia eksternal. Pembelajaran pengaturan diri, dengan penekanan pada tindakan, memberikan kesempatan pada otak untuk mengalami dunia luar dalam cara yang tidak terhitung banyaknya (Sizer, 1992). Tindakan fisik “hands-on” memperkuat hari ini mengeja pelajaran. Tindakan fisik “hands-on” memperkuat pelajaran mengeja hari ini. Aktifitas hands-on - pengukuran, berjalan, berbicara, menelpon, mengorganisir objek, memukul dengan palu, melukis, menjiplak, menyusun, merekam, melempar bola, mencocokkan bentuk, menanami kebun, mendesain sebuah poster, atau memimpin diskusi kelas-sinyal neuron otak menghubungkan cara-cara yang menentukan dasar untuk berpikir abstrak.

Anak-anak pada tingkat awal secara khusus membutuhkan kesempatan untuk memanipulasi objek fisik seperti kapur, krayon, dan membangun balok. Mereka perlu untuk menggambar, mewarnai, menyanyi dan tepuk tangan, berbicara dengan orang dewasa, dan bersosialisasi dengan teman sebaya. Aktifitas fisik ini mengirim pesan ke otak bahwa terjadi hal-hal yang penting di sekeliling ruangan (Port, 1999). Mereka menciptakan banyak bagian kecil neuron yang mendaftar dan menahan informasi baru dan keahlian baru. Pembelajaran aktif juga memuaskan orang muda yang memiliki kebiasaan menjalankan tugas dengan penuh semangat untuk melakukan pekerjaan penting dan menjadi serius.

Kekuatan dari aktifitas fisik untuk membangun kepercayaan diri dan melibatkan pikiran yang diilustrasikan oleh program musik nasional Venezuela yang menarik perhatian. Pemerintah Venezuela dan donatur memberikan setiap anak di Venezuela, termasuk anak-anak dalam pusat penahanan dan yang terbengkalai di jalan, sebuah kesempatan untuk mempelajari musik. Di kota terpencil dalam negara yang orang-orangnya direndahkan, anak-anak dari segala umur mempraktekkan instrumen musik mereka dengan melewati semua kota, dalam setiap halaman gedung yang dikelilingi tembok dan di lapangan. Permainan orkestra mereka sekali dalam sebuah penjara. Dalam sebuah daerah perkampungan di kota yang penuh dengan gubuk-gubuk di Caracas, anak-anak yang menderita kemiskinan dari segala umur merupakan bagian dari sebuah paduan suara. Tindakan bernyanyi mendisiplinkan pikiran mereka dan menbangun kepercayaan mereka. Tujuan yang jelas dari program nasional Venezuela adalah menciptakan sebuah kesatuan para musisi. Sedikit nyata dan lebih penting manfaat bermain instrumen musik atau bernyanyi dalam sebuah paduan suara yaitu bahwa setiap anak menemukan kemampuan mutlaknya untuk menjadi lincah, menguasai tantangan fisik dan mental yang sukar, dan menonjol sebagai seorang manusia.

Aktifitas “hands-on”, pusat untuk proses pembelajaran pengaturan diri, membangkitkan pembelajaran di sekolah New Jersey dimana tingkat tiga mempelajari aliran listrik dengan membuat alat untuk mengalihkan perputaran menggunakan baterai dan tabung hampa udara. Tingkat empat di Pittsburgh menguji sains dari suara yang diperoleh pada sentakan tali senar, menyadap sepotong logam dari panjang yang bervariasi, dan membangun instrumen musik mereka sendiri. Di Elkhart, Indiana, sekolah mengatur percobaan dalam laboratorium berskala penuh yang disediakan oleh Bayer Corporation (Port, 1999). Pelajar –pelajar sains tingkat enam di Florida mempelajari tentang pencarian arkeologi, dan merekonstruksi ulang artifak yang diselamatkan guru mereka dari “tabrakan di jalan” dan menguburkannya dalam kayu di belakang taman bermain. Menggunakan kayu yang sudah dipotong menjadi papan dan jala, anak-anak membangun sebuah layar untuk memeriksa dunia dengan teliti. Menggunakan tekhnik penggalian arkeologi yang benar, mereka menggali sebuah persegi 1 meter dan lubang dalam 1 meter. Kemudian mereka memeriksa tanah untuk menemukan yang ditanam guru, tulang-tulang yang terpencar-pencar- mensterilkan terlebih dahulu - dari seekor binatang kecil. Pelajar-pelajar memindahkan tulang-tulang ke daerah yang bersih, membentangkannya, dan mengumpulkannya kembali. Mereka membuat diagram untuk kerja mereka, merekam nama dari setiap tulang dan menguraikan fungsinya. Pelajar-pelajar menikmati suasana kelasnya dan dengan bersenda gurau meyakinkan guru mereka bahwa mereka berpikir bahwa guru mereka lemah ingatan kapan saja mereka melihat seekor binatang mati lewat dekat jalan.

  1. Mengajukan pertanyaan

Hanya sebagai kesuksesan dari proses pembelajaran pengaturan diri bergantung pada pengambilan tindakan, oleh karenanya itu juga bergantung pada pengetahuan dan keahlian yang menghasilkan pemikiran dan tingkah laku yang bebas. Untuk menjadi bebas, apakah bekerja sendiri atau sebagai sebuah grup, kemudaan kita perlu untuk menjadi penyelesaian pada posisi pertanyaan-pertanyaan yang menarik, membuat pilihan yang bertanggungjawab, berpikir kritis dan kreatif, memiliki pengetahuan sendiri, dan kolaborasi. Orang muda tidak melakukan tambahan secara otomatis kemampuan ini sewaktu mereka berpartisipasi dalam tugas pembelajaran pengaturan diri. Guru-guru menyampaikan kepada mereka. Guru-guru dapat menolong meskipun anak-anak sangat muda memulai melakukan perjalanan untuk menjadi aktif, pebelajar yang merdeka/bebas. Yang terpenting adalah mengajukan pertanyaan dengan berpikir secara bebas, membuat pilihan, mengembangkan kesadaran diri, dan kolaborasi yang didiskusikan. Keahlian berpikir yang susunannya lebih tinggi- keahlian berpikir kreatif dan kritis- adalah sangat perlu sekali untuk sistem pembelajaran dan pengajaran kontekstual seluruhnya, dan untuk proses pembelajaran pengaturan diri, yang mereka bahas dalam bab yang terpisah.

Untuk menjadi berhasil, pebelajar-pebelajar yang bebas memerlukan kemampuan untuk menyampaikan pertanyaan yang menarik. Keingintahuan melahirkan kreatifitas. Pertanyaan cerdik memurnikan kepercayaan dan penjelasan kejadian. Untuk mengerti, pelajar-pelajar harus mencari makna. Untuk mencari makna, pelajar-pelajar harus memiliki kesempatan untuk membentuk dan mengajukan pertanyaan (Brooks & Brooks, 1993, p.54). Tingkat empat di Oklahoma yang tidak pernah melihat sapi perah bertanya : “Dari manakah datangnya susu?” Pertanyaan ini memulai sebuah proyek reproduksi susu dari sapi ke dapur. Anak muda di Sekolah Dasar Woodland bertanya : “ Bagaimana orang-orang mengadopsi anjing dari Lembaga Kemanusiaan dan apakah perlunya untuk peduli pada seekor anjing?” Pertanyaan mereka mencakup wawancara terhadap orang yang bekerja pada Lembaga Kemanusiaan, menarik hati seorang ahli penyakit binatang untuk mengunjungi kelas, dan memberikan sebuah presentasi pengadopsian dan kepedulian pada seekor anjing. Pertanyaan bagus memberikan sinar untuk tugas yang bermanfaat dan untuk investigasi yang penuh perhatian yang menuntun pelajar-pelajar sebagai penarik kesimpulan dan pengakses informasi.

Dengan pertolongan seorang guru yang berdaya cipta, setiap anak dapat didorong untuk mengajukan pertanyaan yang menyentuh kehidupan mereka sekarang, dalam waktu dekat. “ Tingkat lima dapat bertanya, contohnya, apakah jenis permainan yang lebih disukai tingkat lima dan menghibahkan sebuah prosedur untuk mencari kebenaran tentang identitas seseorang?. Seorang tingkat pertama bertanya :”Apakah jenis cerita yang membuat teman saya menjadi lebih baik? Apakah yang mereka sukai tentang mereka?” dan desain sebuah cara untuk mencari kebenaran tentang identitas seseorang?.Seorang pelajar yang paling tua dapat bertanya bagaimana untuk meminta lampu berhenti di tempat yang persimpangannya sibuk yang dia seberangi setiap hari, atau bagaimana menghentikan ancaman sekolah.

Ketika pertanyaan mereka sendiri membantu orang muda menghubungkan apa yang mereka pelajari didalam kelas ke keadaan mereka di sekolah, di rumah, atau sebagai seorang anggota komunitas, mereka melihat maksud dalam subjek akademik dan ingin berhasil secara luar biasa. Mereka menjadi termotivasi secara intrinsik untuk menyelesaikan masalah yang menarik dan menginvestigasi posisi untuk mengambil sebuah penekanan pada pokok permasalahan. Tidak untuk ini motivasi terbesar pelajar-pelajar adalah menemukan dokumen penelitian yang pengarangnya tak dikenal yang dapat diperoleh dari Web-site yang kedengarannya mengerikan “ The Evil House of Cheat”,”Cheat Factory”, dan “A1 Term Paper”.

  1. Membuat pilihan

Dalam penambahan pengajuan pertanyaan, pelajar-pelajar pengaturan diri membuat pilihan terdidik. Sebagai bakteri sel tunggal memilih untuk kebingungan didalam lingkungan yang akan mengingatkannya dan akan meresponnya, sehingga secara alami bagi manusia untuk membuat pilihan. Pun setiap orang muda menikmati kebebasan untuk memilih. Di seluruh penjuru Jepang, tingkat pertama bekerja bersama-sama untuk tiba pada tujuan kelas mereka sendiri. Instruktur mereka memberikan latar belakang pengaturan moral yang datangnya dari buku pegangan nasional untuk guru-guru sekolah dasar. Tindakan diluar kerangka kerja ini, anak-anak memilih sasaran tertentu untuk menuntun kelas mereka (Lewis & Tsuchida, 1998)

Pebelajar pengaturan diri tidak hanya memilih proyek, tetapi juga mereka memutuskan sifat dasar dari keterlibatan mereka sendiri. Pelajar-pelajar memilih untuk berpartisipasi dalam proyek dalam cara-cara yang menggambarkan ketertarikan mereka sendiri secara personal dan talenta. Mereka juga memilih untuk bergantung pada gaya pembelajaran yang bekerja dengan baik bagi mereka misalnya mereka menghubungkan pekerjaan rumah untuk sekolah dengan keadaan kehidupan sehari-hari mereka. Pebelajar pengaturan diri dapat memilih untuk memperoleh informasi, contohnya, dengan memandang, mendengarkan, membaca, atau bercakap-cakap. Mereka dapat mengatur penyelidikan dengan menonton video, mendengarkan pernyataan akhir yang dibuat oleh seoran auditor mengenai laporan dan catatan keuangan yang telah diperiksa dan dicocokkan, membaca buku-buku, atau mewawancarai orang. Karena pembelajaran pengaturan diri membebaskan orang muda untuk memilih cara-cara mempelajari kesesuaian mereka, dan karena mereka dapat melanjutkan ketertarikan mereka sendiri dan talenta, proses pembelajaran ini membantu mereka mencapai keunggulan. Pilihan mereka membuat pembelajaran menyenangkan sama artinya.

  1. Mengembangkan kesadaran diri

Pilihan yang bijaksana dan tindakan yang cerdas dibentuk dalam bagian pengetahuan sendiri, atau kesadaran sendiri. Instruksi dalam kesadaran diri secara berangsur-angsur menemukan caranya dalam ruangan kelas sebagai orang yang menemukan manfaat memahami kecerdasan emosional. Salah satu manfaat dari instruksi ini adalah pembelajaran untuk mengatur emosi. Orang dapat mengatur emosi mereka, misalnya, dengan mengarahkan pikiran mereka ke subjek yang lain, atau dengan mencoba adil pada seseorang yang tingkah lakunya telah mengecewakan. Berpura-pura mengatur emosi, pastilah, bahwa kita menyadari perasaan kita pada beberapa waktu yang diberikan, peristiwa yang terjadi.

Kesadaran diri, kemampuan untuk merefleksikan perasaan kita meskipun mereka teringat, adalah sebuah kapasitas manusia yang berbeda. Kapasitas ini membuat kontrol diri dimungkinkan, Juga mengilhami tindakan. Jika kita sadar, misalnya, bahwa suasana hati kita sedih, kita dapat bertindak untuk meletakkan diri kita dalam humor yang lebih baik. Jika pengetahuan sendiri menunjukkan kepada kita bahwa kita ingin sekali berada dalam keadaan yang menyenangkan segera, kemudian kita dapat membandingkan manfaatnya dengan keadaan yang menyenangkan yang terlambat datangnya dan memutuskan apa yang dilakukan berikutnya. Kesadaran diri juga melibatkan pengetahuan tentang batas-batas kemampuan dan kekuatan, dan mengetahui juga, bagaimana yang lainnya melihat kita. Jika kita menyadari bagaimana yang lainnya merasai kita, kita dapat mampu untuk mengembangkan bagaimana kita berelasi dengan mereka, dengan demikian menaikkan kemampuan kita untuk bekerja lebih baik dalam kelompok. Kolaborasi dengan anggota kelompok bekerja lebih baik, pastilah, diantara orang yang kecerdasan emosionalnya kuat (Goleman, 1995).


  1. Kolaborasi

Kolaborasi adalah komponen yang paling mendasar dari sistem CTL. Sekolah-sekolah berkolaborasi dengan partner bisnis dan komunitas, sekolah menengah dan sekolah tinggi bekerja bersama-sama, dan guru berkolaborasi dengan orangtua dan koleganya. Pebelajar pengaturan diri biasanya berkolaborasi kecil, kelompok yang otonom. Nilai dari kolaborasi, meskipun mengakui kedalamannya, tidaklah dipersoalkan lagi.

Kritik dari pembelajaran kolaboratif percaya bahwa ketika orang muda bekerja dalam kelompok kecil, tetap mengubah kekurangan pengetahuan, mengangkat beban, bereaksi secara tidak efisien, dan saling memberi. Pendukung pembelajaran kolaboratif percaya bahwa masalah ini dapat mudah dihindari dan menunjukkan ada banyak keunggulan dalam kelompok kecil. Kolaboratif memindahkan penghalang yang dihadirkan oleh terbatasnya pengalaman dan sempitnya pengetahuan. Kolaborasi memungkinkan anak menemukan kekuatan dan kelemahan diri, belajar menghormati orang lain, mendengarkan dengan pikiran terbuka, dan membangun kata sepakat. Bekerja bersama-sama, anggota kelompok kecil dimampukan untuk mengatasi hambatan, bertindak secara bebas dan bertanggungjawab, bergantung pada talenta dari anggota kelompok, percaya satu sama lain, berbicara dan membuat keputusan.

Mempertimbangkan manfaat, tidaklah mengagumkan bahwa banyak perusahaan Amerika melibatkan para karyawan mereka di dalam pekerjaan secara kolaboratif dari beberapa orang. Tempat kerja telah menjadi sangat khusus dimana para anggota, baik dalam hal-hal yang berbeda, perlu memadukan kepala mereka. Di dalam sebuah bengkel perbaikan mobil, misalnya, tim menginterpretasikan hasil print komputer yang mendiagnosa masalah. Di pabrik, kelompok-kelompok bagian produksi mendiskusikan cara meningkatkan efisiensi. Keberhasilan sebuah tim sebagian disebabkan oleh kenyataan bahwa hal yang alamiah bagi makhluk hidup untuk bekerjasama satu sama lain. Sebagaimana yang dikatakan oleh ahli biologi dan fisika terkenal Lewis Thomas (1975c) , “ Yang terbesar dari hubungan antara makhluk hidup yang kita ketahui adalah tentang hal-hal yang perlu dalam bekerjasama , simbiosis dalam satu tahapan dalam sebuah proses atau yang lainnya... Kita tidak menjadi satu-satunya. Setiap makhluk, dalam pengertian tertentu, terkait dan tergantung dengan makhluk lainnya” (hal.6)

Hanyalah makhluk hidup yang kehidupannya bergantung satu sama lain, maka setiap makhluk hidup dengan sendirinya merupakan sebuah sistem hidup yang terdiri dari bagian-bagian independen yang bekerjasama untuk mempertahankan hidup. Tiap-tiap dari bagian yang berbeda ini, lagi pula, ada dalam kaitannya dengan yang lainnya. Hal yang mudah menyebar dan sangat penting dari kolaborasi diilustrasikan oleh fungsi-fungsi otak manusia. Sebuah sistem disusun oleh sistem-sistem yang lebih rendah. Otak tersusun atas bagin-bagian terpisah. Para ahli syaraf sepakat bahwa tiap bagian memiliki fungsinya sendiri. Misalnya, kortek tulang belakang memungkinkan penglihatan. Bila bagian korteks tersebut rusak, maka kita tidak akan bisa melihat. Namun demikian, meskipun tiap bagian otak memiliki operasi yang berbeda, tidak ada bagian yang berfungsi sendiri. Misalnya, meski korteks tulang belakang bekerja dengan sempurna, penglihatan kita akan tetap terganggu jika korteks parietal rusak. Kolaborasi bagian-bagian otak di dalam sebuah jaringan memiliki hubungan yang amat kompleks yang menghasilkan pikiran, gerakan, dan hasrat untuk memperbaiki har-hari indah. Operasi otak menunjukkan bahwa kerjasama diantara bagian-bagian terpisah menghasilkan keseluruhan yang lebih besar dari jumlah bagian-bagiannya adalah alamiah. Segala sesuatu di alam raya ini bekerjasama. Masing-masing kita adalah usaha kolaborasi. “ Di dalam sel kita, yang mendorong mereka.... adalah mitokondria, dan didalam pengertian yang kaku mereka bukanlah milik kita. Mereka adalah makhluk kecil yang terpisah.... tanpa mereka, kita tidak akan bisa menggerakkan otot, menepuk-nepukkan jari, dan berpikir” (Thomas, 1975b, hal.2)

Karena kolaborasi adalah hal yang alamiah, maka tim berhasil. Bagian-bagian didalam kelompok sangatlah dimana pengetahuan seseorang menjadi keluaran orang itu, dan keluaran ini diterima oleh orang lain sebagai masukan. Dikaitkan dengan cara ini, indiividu-individu yang berbeda tetapi terkait membentuk sebuah sistem kesatuan yang mampu melakukan lebih dari yang bisa dilakukan oleh satu orang. Sinergi semacam itu lahir dari sebuah atmosfer ketulusan dan keakraban diantara teman sekerja, saling menghormati, kesabaran, dan saling percaya. Kekuatan kolaborasi yang memiliki atmosfer semacam itu tidak terjadi begitu saja . Itu dikembangkan. Kekuatan kolaborasi terpancar secara khusus dari komunikasi yang kuat antara anggota kelompok.

Mungkin, bentuk komunikasi yang paling efektif yang bisa dirasakan oleh kelompok adalah strategi percakapan yang dikenal dengan “dialog”. Dialog adalah landasan dimana pembelajaran koperatif...dibentuk(Brooks & Brooks, 1993, hal.109). Dialog adalah pertukaran pandangan secara tulus yang didasarkan pada kasih sayang, rasa hormat, dan kesederhanaan. Dialog- percakapan yang tulus dan amat ramah – memerlukan kesadaran akan diri dan orang lain. Kita mempercayai anggota kelompok untuk memperluas pemahaman kita. Kebenaran memiliki peluang untuk muncul di dalam atmosfer yang tercipta oleh dialog. Anggota kelompok mendengarkan tanpa prasangka terhadap gagasan-gagasan tak biasa. Mereka mengakui bahwa asumsi mereka sendiri mungkin keliru dan pikiran mereka salah. Terkait dalam pencarian mereka terhadap makna, para anggota kelompok berupaya melampaui keterbatasan pikiran individu, didikan dan temperamen mereka. Mereka bisa berkata : “Tentu saja pemahamanmu bisa jadi lebih dalam dari pemahaman saya. Saya ingin mendengar gagasan anda” (Senge, 1990, hal. 238-249).

Kolaborasi tidak selalu terjadi dengan mudah pada anak muda, atau siapapun, dan itu sebagian karena kerjasama mungkin memerlukan pengakuan bahwa keyakinan kita yang sudah begitu melekat bisa jadi berdasarkan bukti kecil atau penalaran yang lemah. Kita mencintai keyakinan kita seolah keyakinan itu adalah perluasan dari diri kita dan melupakan bahwa mereka merefleksikan dampak dari konteks kita yang sering tak disadari – hari-hari kita di sekolah, di rumah, dan di dalam tim, bersama dengan teman, dan di tempat kerja. Dari konteks ini, hadirlah pengalaman yang membentuk keyakinan dan opini kita, cara kita menginterpretasikan realitas. Seperti kacamata dengan resep yang salah, keyakinan kita yang tak terpantau bisa jadi membuat kita memandang realis dari sudut pandang yang tidak sempurna. Bekerjasama memungkinkan kita memandang dunia seperti cara orang lain memandangnya. Berkat kerjasama, anggota kelompok melihat lebih jelas daripada jika satu orang bertindak sendiri. Mereka menyerupai cara otak manusia merespon data panca indera.

Informasi dari panca indera – kecuali dari indera penciuman – lebih dulu masuk kedalam hipotalamus otak yang merupakan pintu bagi semua informasi dari panca indera. Seperti sebuah katup, hipotalamus mengontrol aliran sensasi melalui otak. Tugasnya adalah mengirim informasi dari panca indera ke daerah korteks yang benar. Oleh karena itu, hipotalamus mengirimkan suara-suara ke syaraf audio dan signal visual ke syaraf penglihatan. Akhirnya, sinyal sampai di korteks depan, yakni bagian otak yang merasakan, merencanakan, dan memutuskan. Jika korteks depan menerima informasi yang tidak lengkap, maka kemampuannya merasakan, merencanakan atau mencapai kesimpulan akan terbatas. Kita mengirim informasi korteks yang tidak sengaja kita lihat. Kemudian panca indera kita tergantung pada, dan dibatasi oleh apa yang kita lihat. Oleh karena itu, membandingkan kesan kita dengan kesan orang lain amatlah penting. Membandingkan sudut pandang akan memberikan pemahaman yang lebih penuh ketimbang tidak membandingkannya.

Pembelajaran kolaboratif, yang meniru cara kerja otak, memungkinkan anak-anak untuk mendengarkan suara-suara anak lain didalam kelompok mereka. Pembelajaran ini akan membantu siswa untuk menemukan bahwa pandangan mereka hanyalah salah satu diantara sekian sudut pandang, dan bahwa cara mereka mengerjakan sesuatu hanyalah salah satu kemungkinan diantara banyak kemungkinan. Dari kolaborasi, bukan kompetisi, anak-anak menyerap pengetahuan anak lain. Dari kolaborasi, mereka memupuk rasa toleransi dan kasih sayang. Dengan bekerjasama dengan orang lain, mereka saling bertukar pengalaman mereka yang sempit dan pribadi dengan sebuah konteks yang luas yang didasarkan pada sebuah visi realitas yang diperluas.


Strategi-strategi untk kerja tim telah banyak ditulis. Serangkaian aturan kerja kelompok berikut ini yang diberlakukan di dalam “sebuah kelas matematika menunjukkan pilihan-pilihan dan tanggungjawab yang menghadang para anggota kelompok :

  1. Tetap fokus pada tugas tim

  2. Bekerja secara koperatif dengan anggota kelompok lainnya

  3. Mencapai keputusan tim untuk tiap persoalan

  4. Pastikan tiap orang di dalam tim mengerti solusi sebelum membahas masalah lain

  5. Dengarkan orang lain secara seksama dan cobalah menangkap gagasan mereka

  6. Bagilah kepemimpinan tim

  7. Pastikan tiap orang berpartisipasi dan tidak ada yang mendominasi

  8. Ambillah bagian dalam merekam hasil-hasil itu

Sebagaimana yang diindikasi oleh aturan-aturan tersebut, kolaborasi menuntut sopan santun, kesabaran dan rasa hormat. Guru CTL membantu kelompok untuk menemukan bahwa semua anggota berguna dan bahwa semua orang memiliki sesuatu untuk diberikan. Minat, selera, latar belakang ekonomi dan suku, serta kepercayaan agama memperkaya dialog mereka. Saat para siswa dari latar belakang yang berbeda saling mendengarkan dengan sabar, pertukaran mereka membawa pada pemahaman-pemahaman baru yang memperluas potensi individu mereka. Sebuah mitos yang merusak memandang bahwa keberhasilan selalu merupakan keberhasilan individu. Kita akan memenangkan keberhasilan dengan berkompetisi dan mengalahkan orang lain. Oleh karena itu, pada kenyataannya keberhasilan lebih mudah dicapai oleh para anggota suatu kelompok yang bekerjasama daripada oleh satu orang yang bekerja sendiri. Ikatan melahirkan pemahaman yang lebih kaya daripada yang bisa dihasilkan oleh satu orang. Bentuk-bentuk kehidupan berinteraksi, bekerjasama dan berhubungan secara alamiah. Organisme hidup berkerumun dan berpadu membentuk kehidupan baru yang terdiri atas organisme-organisme berbeda. Alam bekerjasama. Alam tidak saling berlomba. Keberhasilan adalah sesuatu yang dibagi (Margulis & Sagan, 1995). Para pelajar pengaturan diri yang telah menguasai keahlian pembelajaran kolaboratif alamiah, yang telah cakap dalam dialog yang mengarah pada konsensus, akan berhasil mengidentifikasi dan menyelesaikan tugas-tugas penting yang bergema dengan makna saat mereka menghubungkan sekolah dengan kehidupan sehari-hari.

Pengetahuan dan keahlian yang baru saja dipaparkan, yakni megnambil tindakan, bertanya, membuat pilihan, memiliki kesadaran diri, dan bekerjasama, jika dikombinasikan dengan pengetahuan akademik memungkinkan anak-anak mengikuti proses pembelajaran pengaturan diri.

2.3.4 Proses Pembelajaran Pengaturan Diri

Pembelajaran Pengaturan Diri adalah sebuah proses. Sebagaimana sebuah proses, mengikuti prosedur untuk untuk mencapai tujuan. Proses pembelajaran Pengaturan Diri adalah sebuah metode untuk melibatkan siswa dalam tindakan yang melibatkan sejumlah tahap dan memberi hasil yang terlihat dan tak terlihat. Tahap-tahap tersebut menggunakan keahlian dan pengetahuan yang dipaparkan diatas. Selain itu tahap-tahap tersebut juga menggunakan pengetahuan akademik.

Didalam outline yang paling luas, proses yang dijalani oleh para pelajar Pengaturan Diri mengikuti siklus “ Rencanakan, Kerjakan, Pelajari, Lakukan (RKPL) yang dikembangkan oleh ahli manajemen terkemuka W. Edward Deming (1994). Didesain untuk membantu perusahaan melakukan perbaikan berkelanjutan, proses yang diajukan Deming tersebut menuntut penentuan tujuan, penyusunan rencana untuk mencapai tujuan tersebut, penilaian keefektifan tiap langkah, dan penyesuaian jika diperlukan. Para pelajar Pengaturan Diri, entah mereka bekerja didalam kelompok kecil, seperti biasanya, ataupun bekerja sendiri, memerlukan tahap-tahap yang sama.

  1. Para pelajar Pengaturan Diri memilih tujuan

Para siswa memilih, atau berpartisipasi dalam memilih, untuk bekerja demi mencapai hasil yang besar, baik terlihat ataupun tidak, yang memiliki makna untuk diri mereka sendiri atau untuk orang lain. Para siswa kelas dua mungkin ingin mengembangkan keahlian-keahlian organisasi yang membantu mereka tetap mengikuti pensil, kertas, dan lembar kerja mereka. Para siswa kelas tiga mungkin ingin membuat poster yang mengajarkan berbagai kecerdasan. Para siswa sekolah menengah mungkin ingin mencari tahu, dan mengajari teman mereka, bagaimana otak bereaksi terhadap bahan-bahan adiktif. Para siswa kelas sepuluh mungkin berharap untuk mengembangkan cara-cara praktis untuk mengajarkan perkalian kepada siswa Sekolah Dasar. Tujuan bukanlah akhir. Tujuan memberikan peluang untuk menerapkan keahlian akademik dan personal didalam konteks kehidupan nyata. Saat para siswa mengejar sebuah tujuan yang memiliki makna didalam kehidupan sehari-hari mereka, proses membantu mereka untuk mencapai standar akademik yang tinggi.

  1. Para pelajar Pengaturan Diri membuat rencana

Para siswa merencanakan tindakan yang akan membawa mereka pada tujuan. Perencanaan mencakup memandang ke depan dan memutuskan bagaimana untuk melangkah. Rencana yang disusun oleh siswa tergantung pada apakah mereka berharap menyelesaikan sebuah masalah, mendamaikan persoalan, atau menciptakan proyek. Sebuah kelompok pembelajaran layanan, misalnya, mungkin memutuskan untuk mengembangkan solusi atas persoalan penggunaan tanah kota. Kelompok siswa berbasis kelompok mungkin memilih mencari tahu kenapa tingkat pindah pegawai perusahaan lokal amat tinggi. Pada kedua kasus tersebut siswa perlu mengambil langkah-langkah tertentu yang diperlukan untuk menyelesaikan tiap persoalan. Andai sekelompok siswa memilih tidak memecahkan persoalan, akan tetapi malah menyelidiki, dan membuat proposal terkait dengan persoalan seragam sekolah, maka rencana mereka harus disesuaikan. Menyelesaikan persoalan yang kontroversial memerlukan penelitian sistematis yang akan membawa pada presentasi yang meyakinkan. Mungkin siswa memilih mengejar tujuan yang tidak ada kaitannya dengan persoalan kontroversial ataupun pembelajaran berbasis masalah. Jika mereka memilih jenis proyek lain, maka rencana mereka harus sesuai proyek tersebut. Misalnya, siswa sekolah menengah mungkin memutuskan untuk membuat display perpustakaan mengenai mengelola emosi. Menjalankan proyek ini ataupun proyek lainnya memerlukan sebuah analisis sistematis terhadap informasi dan sumber daya.

Rencana yang dibuat oleh seseorang tergantung pada tujuan. Entah tujuannya menyelesaikan persoalan, menjelajahi sebuah isu, atau mengembangkan proyek, tujuan tersebut memerlukan tindakan, mengajukan pertanyaan, membuat pilihan, mengumpulkan dan menganalisis informasi, dan berpikir kritis dan kreatif. Bisa melakukan hal-hal tersebut akan memungkinkan dilaksanakannya proses Pembelajaran Pengaturan Diri dengan sukses. Bisa melakukan hal-hal tersebut memungkinkan anak-anak untuk menjadi terdidik dengan cara yang amat dalam yang akan tetap bersama mereka sepanjang hayat.

  1. Para pelajar Pengaturan Diri menjalankan rencana dan terus menerus menilai kemajuan mereka

Pada mulanya, siswa tidak hanya menyadari tujuan mereka, akan tetapi juga menyadari kemahiran akademis yang harus mereka kembangkan dan keahlian-keahlian yang harus mereka pelajari dengan proses Pembelajaran Pengaturan Diri. Selama proses, para partisipan terus menerus mengevaluasi seberapa bagus rencana mereka. Mereka menyesuaikan kesalahan-kesalahan dan membuat perubahan seperlunya. Selain itu, mereka juga merefleksikan pembelajaran mereka. Pengetahuan akademis apakah yang mereka peroleh ? Keahlian-keahlian apakah yang mereka kuasai ?

  1. Para pelajar Pengaturan Diri mendapatkan hasil akhir

Siswa mendapatkan sebuah hasil, yang terlihat ataupun tidak terlihat, yang memberi arti pada mereka. Tersedia banyak cara untuk menunjukkan hasil-hasil dari tugas pembelajaran Pengaturan Diri. Yang paling jelas, sebuah kelompok mungkin membuat sebuah portofolio, melakukan presentasi dengan menggunakan alat bantu visual, tampil untuk audiens, atau menunjukkan dan mengomentari sesuatu yang telah mereka ciptakan. Hasilnya akan memenuhi tujuan pasti yang memiliki arti didalam konteks pengalaman tiap siswa dan biasanya didalam konteks keluarga, sekolah, tim atau masyarakat siswa.

  1. Para pelajar Pengaturan Diri menunjukkan kemahiran melalui penilaian autentik

Para Pelajar menunjukkan kecakapan terutama dengan tugas-tugas Pembelajaran Pengaturan Diri yang autentik. Dengan menggunakan standar konten dan pedoman penilaian untuk menilai portofolio, jurnal, presentasi, dan penampilan siswa, guru mengukur tingkat performa akademis. Mereka menginterpretasikan berapa materi akademis yang diketahui siswa dan apa yang bisa mereka lakukan. Selain itu, penilaian autentik juga menunjukkan kepada guru mengenai pembelajaran mendalam yang sudah diciptakan dari proses Pembelajaran Pengaturan Diri itu sendiri. Proses tersebut menjadikan siswa, sebagaimana yang diperlihatkan oleh produk autentik mereka, sebagai pemikir yang independen dan bijaksana yang melatih penilaian masuk akal saat mereka bertindak untuk membentuk konteks yang mereka tempati.

Proses Pembelajaran Pengaturan Diri memiliki banyak makna, bervariasi dan menantang. Keefektifannya tergantung tidak hanya pada pengetahuan dan dedikasi siswa, tetapi juga pada dedikasi dan keahlian guru.


  1. Penutup

Pembelajaran pengaturan diri merupakan salah satu model pembelajaran yang sangat mendukung proses pembelajaran di sekolah. Pembelajaran pengaturan diri sangat membantu dalam membentuk karakter/ kepribadian seorang siswa. Pembelajaran pengaturan diri ini membantu guru dan siswa dalam proses pembelajaran.

Dalam pembelelajaran pengaturan diri, ada berbagai banyak aspek atau komponen yang diperlukan. Aspek-aspek itu antara lain; konsep diri dan metakognitif. Aspek konsep diri dan metakognitif merupakan pendukung terwujudnya pengaturan diri. Oleh karena itu, pembelajaran pengaturan diri akan berhasil optimal jika konsep diri yang baik dan metakognitif juga berekembang.

Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, pembelajaran pengaturan diri pun harus tetap dikembangkan. Hal ini dilakukan agar terbentuk suatu model pembelajaran yang benar-benar berkualitas baik bagi dunia pendidikan.

Akhir kata, penulis menyadari, adapun penyusunan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Banyak kendala yang penulis alami dalam penyusunan makalah ini. Dan penulis berharap berbagai masukan dari berbagai pihak untuk perbaikan dan penyempurnaan makalah ini. Saran dan kritik sangat penulis harapkan untuk penyempurnaan itu, dan memotivasi penulis untuk semakin lebih baik.



DAFTAR PUSTAKA


http://www.pembelajaran-kolaborasi.web.id/ncfl_7.php

http://74.125.153.132/search?q=cache:BlJqK_9Zc7sJ:www.muhfida.com/KONSTRUKTIVISTIK.doc+hakikat+pembelajaran+pengaturan+diri&cd=3&hl=id&ct=clnk&gl=id

Joice, Bruce, dkk. Models of Teaching;Model-Model Pembelajaran.

Pustaka Pelajar: Yogyakarta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

b