tabe..

tabe Mori..!. selamat Datang....! wellcome....!!! Lejong tite bao Ko?

Selasa, 13 April 2010

KESADARAN UMUM MASALAH PENDIDIKAN DI INDONESIA

Abstrak:

Perubahan sistematik dan mendasar sangat diperlukan bagi dunia pendidikan di Indonesia. Dunia pendidikan Indonesia sedang dalam masa kelam yang hanya dapat bangkit oleh perubahan tersebut. Akan tetapi perubahan itu bukanlah hanya sekedar berubah. Perubahan tersebut harus berpedoman pada pedoman yang ada, sehingga perubahan itu terjadi secara integral, tidak secara parsial.

Kata Kunci:Perubahan, Bangsa yang maju, Pedoman

Masalah Aktual Pendidikan di Indonesia

Tanpa adanya perubahan sistematik dan mendasar dalam logika akal sehat pendidikan di Negara ini, kita akan semakin jauh tertinggal dibandingkan dengan Negara-negara lain. Kalau pendidikan di Negara kita masih ribut soal seragam dan buku dan buku pelajaran setiap tahun, substansi pendidikan akan tergerus secara perlahan, namun pasti oleh pergulatan kepentingan orang-orang diluar pendidikan itu sendiri. Logis dikatakan pendidikan kita semakin tertinggal sebab pergerakan perkembangan pendidikan diberbagai belahan negara lain terus maju ke depan seiring dan bahkan ingin mendahului pegerakan zaman. Kita juga bergerak, tetapi dapat disaksikan betapa lambatnya kemajuan pendidikan di Negara kita, kalau tidak ingin dikatakan stagnan sama sekali, atau bahkan mundur ke belakang. Kita mungkin terlalu sering membicarakan pendidikan, tetapi merasakannya sebagai sesuatu yana”baik-baik” saja. Nasib pendidikan di Negara ini semakin terpuruk karena terlalu banyak yang dibicarakan tidak terkait dengan substansi pendidikan itu sendiri. Pentingnya pendidikan bagi masa depan bangsa belum menjadi kesadaran pribadi-pribadi. Belum menjadi pikiran utama elite pengambil kebijakan, tetapi hanya sebagai sarana perebutan proyek.

Bangsa yang maju tidak bisa dipisahkan dari cara pandang dan berpikirnya dalam rangka untuk menempatkan kemajuan pendidikan sebagai tujuan pokok kebangsaan. Pendidikan adalah kekuatan pembentuk masa depan, karena ia merupakan instrument yang mampu mengubah sejarah gelap menjadi terang atau sebaliknya.

Pendidikan merupakan investasi kemanusiaan karena disanalah masa depan peradaban manusia dipertaruhkan. Kini persoalan terbesar yang terjadi adalah bagaimana menyesuaikan serta merancang cara berpikir dalam dunia pendidikan menghadapi perubahan dunia yang kian kompleks, berubah cepat, sangat sulit diramalkan. Dalam hal ini, kita perlu belajar dari Seven Complex Lesson In Education For The Future (Benny Susetyo 2008:30. Ini mengingatkan kita agar merumuskan kembali cara mengelola sebuah pengetahuan. Pemikiran jauh ke depan diperlukan untuk membangun kembali pondasi pendidikan guna mengembalikan pendidikan kepada visi dasarnya.

Tujuh Pedoman Utama

Morin (dalam Benny Susetyo 2008: 31) mengajukan tujuh pedoman utama dalam dunia pendidikan yang dapat menjadi kompas bagi praksis masa depan. Menurutnya, sangatlah penting mengidentifikasi masalah-masalah mendasar yang sering dilupakan dalam pendidikan. Salah satunya adalah pentingnya mendeteksi kekeliruan-kekeliruan dan ilusi yang selama ini menyelimuti wajah pendidikan di Indonesia. Pendidikan adalah alih pengetahuan dalam arti seluas-luasnya. Tetapi sejauh ini, ia gagal menangkap realitas pengetahuan manusia dalam seluruh kompleksitasnya. Pengetahuan tidak menjadi cermin atas hal-hal yang ada di luar dunia peserta didik. Pendidikan belum menempatkan siswa sebagai pribadi yang utuh. Pendidikan di Negara kita Indonesia belum mau mengembangkan kajian-kajian cultural, intelektual, serta proses pengetahuan manusia secara komprehensif. Lalu, gagasan membangun prinsip keterkaitan dalam pengetahuan. Yang berkembang justru pengetahuan yang bersifat parsial. Pembelajaran terlalu berkotak- kotak dan membuat peserta didik cenderung tidak mampu menghubungkan linkage-nya.

Lihatlah hasilnya ketika para siswa tidak mampu memahami persoalan sesuai dengan konteks, dan sering terjadi adalah kepincangannya dengan realitas. Substansi pendidikan tidak menyentuh hal mendasar, misalnya mengenai sejauh mana menciptakan lingkungan sekolah yang membuat siswa feel at home. Sekolah masih menjadi tempat yang menakutkan dan bukan merupakan tempat bermain yang menyenangkan bagi anak didik. Lalu, guru sering hanya berperan sebagai pawang alias mentor. Mereka belum terkondisikan menjadi teman bermain bagi siswa. Relasi yang terbentuk laksana atasan dan bawahan, bukan sebagai teman untuk saling berbagi dan memperkaya satu dengan yang lain. Orientasi pendidikan lalu diarahkan menyiasati UAN, dan bukan untuk membentuk manusia otentik, berkepribadian dan peka terhadap dunia di luar sekolah.

Anak Pedalaman dan Anak Pedesaan

Realita pendidikan di Indonesia dan Reduksi di atas menyebabkan manusia Indonesia “kehilangan daya kritis dan kemampuan bernalar untuk menggunakan akal-budi secara optimal. Pendidikan bangsa cenderung menciptakan manusia Indonesia yang kuirang cerdas karena sejak dini anak didik tidak diajak dan dilatihuntuk menjadi dirinya sendiri. Tanpa sadar, anak didik hanya dijadikan permainan capital balaka.

Hal ini yang kita rasakan dan alami secara nyata. Ini adalah masalah dan harus disadari sebagai masalah yang serius bagi perkembangan pendidikan. Eliteperlu tahu dan menyadari sebagai tantangan hebat untuk menyambut masa depan Indonesia yang beradap. Perlu dirumuskan ulang agar pndidikan tidak lagi menjadi instrument politik. Rakyat dan pemerintah perlu duduk bersama antara pendidik dan orang tua serta pemerintah dalam rangka merumuskan bersama kebijakan pendidikan yang berorientasi keindonesiaan. Kebijakan yang manusiawi yang bisa membuat manusia Indonesia memiliki harapan ke depan dalam konteks global. Bukanlah satu dua orang yang berjaya dalam olimpiade internasional yang bisa kita banggakan untuk melihat pendidikan di Indonesia, melainkan bagaiman anak-anak pedalaman dan pedesaan juga memiliki keunggulan nyata dalam proses pendidikan yang manusiawi. Sebuah pendidikan yang bebas dari kepentingan politik, maupun bebas dari oknum-oknum pencari laba (rent seeking).

Elite cukup menyediakan kebijakan yang adil bagi semua, berpihak pada kaum lemah, dan tidak membebani anak didik dengan materi yang tidak masuk akal hanya karena standar kelulusan ditentukan oleh angka-angka kuatitatif. Selanjutnya membiarkan rakyat menikmati, merasakan, dan menjalani dunia pendidikannya sendiri. Dalam hal ini, paradigma baru pendidikan Indonesia dibutuhkan. Harus dan harus, kita menggali kekayaan dan kebesaran visi misi pendidikan dari Ki Hajar Dewantara. Mendesak dan amat urgen merumuskan visi pendidikan yang berorientasi pada pendidikan yang seutuhnya untuk mencetak manusia Indonesia seutuhnya. Pedidikan seutuhnya menurut pengertian Ki Hajar Dewantara adalah pendidikan yang tidak mencabut akar budaya yang membuat anak didik menjadi asing dengan realitasnya. Pendidikan harus membuat manusai Indonesia menjadi peka akan budi pekerti. Kepakaan inilah yang membuat manusia Indonesia akan terbentuk sebagai pribadi yang berkehalusan budi serta berkeheningan batin.

Daftar Pustaka

Susetyo, Benny, 2008. Potret Pendidikan di Indonesia : Majalah Cosinus, Edisi: XII/no.2/Agustus 2008

Sutomo, Edi, 2008. Masalah-masalah Subatansial Pandidikan Indonesia: Majalah Cosinus, Edisi: XII/no.2/Agustus 2008

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

b